Senin, 26 Desember 2011

JALAN DI TENGAH BANJIR JAKARTA


Ini merupakan kisah nyata yang aku dan teman ku alami. Pada bulan Februari tahun 2007 yang lalu, Jakarta dilanda banjir besar atau yang biasa disebut banjir lima tahunan. Saat itu terjadi aku masih duduk di bangku SMA kelas X. Aku dan temanku sebut saja Dessy. Kami bersekolah di sekolah yang sama yaitu SMAN 31 Jakarta yang terletak di Jl. Kayu manis, Jakarta Timur. Sedangkan Rumah kami bertetangga yang terletak di Jl. Rawa kuning, Pulo Gebang, Jakarta Timur. Jarak yang harus kami tempuh dari rumah ke sekolah membutuhkan waktu kurang lebih dua jam dengan kendaraan umum.
            Kejadian itu jatuh hari Jum’at ketika kami masih berada di sekolah. Pukul 13.00 WIB, kami pulang dari sekolah dan menuju langsung kerumah. Saat itu kami ingin naik bis transjakarta. Setelah sampai depan loket pembelian karcis, ternyata loket tersebut dan terdapat tulisan “bis tidak beroperasi karena banjir”. Akhirnya kami putuskan untuk naik angkutan umum lainnya yang menuju terminal Pulo Gadung.
            Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kami naik bis mayasari bakti 905 jurusan Pulo Gadung – Kota. Bis tersebut hanya sampai pasar Pulo Gadung dan tidak masuk terminal. Dengan terpaksa kami harus jalan menuju terminal demi naik angkot menuju kerumah. Di tengah perjalanan menuju terminal, disana terdapat KIR mobil. Dan ternyata depan kir tersebut banjir selutut orang dewasa. Kami pun melewati banjir tersebut dengan berjalan lewat trotoar untuk menuju terminal.
            Setelah sampai terminal, kami melihat terminal dengan keadaan kosong tanpa adanya angkot satupun. Lalu kami berdua bingung bagaimana caranya agar kami bisa pulang. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk jalan sampai bertemunya angkot. Setelah kami jalan kurang lebih satu kilometer, kami bertemu banyak orang yang ternyata mereka juga mencari angkot.
            Di depan kawasan industri Pulo Gadung, kami pun disambut kembali oleh banjir. Namun kali ini banjirnya lebih tinggi dari banjir pertama yang telah kami lewati sebelumnya. Banjir kali ini seukuran pinggang orang dewasa. Kali ini kami jalan tidak hanya berdua, kami jalan bersama orang orang yang menuju kearah Bekasi. kami dan yang lainnya berjalan di atas pembatas jalan dengan saling berpegang tangan satu sama lain. Banjir kedua pun berhasil kami lewati hingga daerah Pupar.
            Sesudah banjir pertama dan kedua telah berhasil kami lewati, ternyata kami disambut dengan banjir ketiga yaitu depan gereja HKBP Cakung. Disana banjir yang cukup tinggi dan dengan arus yang cukup deras. Kami melewati banjir yang ketiga masih dengan cara yang sama yaitu, berpegangan satu sama lain walaupun tidak saling kenal dan melewati pembatas jalan. Banjir kali ini tingginya seukuran telinga orang dewasa. Banjir tersebut berakhir hingga pasar Cakung.
            Dengan baju seragam yang sudah basah akibat banjir. Kami pun berniat untuk naik angkutan umum menuju rumah. Ternyata angkutan yang kami cari tidak ada. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dan dengan perut yang lapar. Kami berniat utuk membeli gorengan. Sepanjang perjalanan kami tidak menemukan abang gorengan. Kami terus berjalan hingga baju kami kering.
            Sampailah sudah kami dengan baju yang kering di daerah Kelapa Satu. Kelapa Satu itu adalah belokan angkot yang menuju rumah setelah melewati Jl. Raya Bekasi. jarak dari Kelapa Satu menuju rumah masih sekitar satu kilo. Disana kami menghadapi banjir yang keempat dan dengan arus deras. Di banjir yang keempat kali ini tingginya sama dengan banjir yang kedua. Banjir kali ini kami hanya lewati berdua. Banjir yang ini hanya sampai sebatas jembatan dan kami masih harus berjalan sekitar enam ratus meter. Kami terus berjalan menuju rumah. Tiba dirumah, kami mandi dan makan. Setelah melihat jam ternyata kami sampai rumah pukul 17.00 WIB dan jarak yang telah kami lewati yaitu Pulo Gadung – Rawa Kuning itu sekitar tujuh kilometer. Sekian ceritaku tentang berjalan ditengah banjir Jakarta. Kisah ini tak akan aku lupakan seumur hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar